Wonosobo, PPTQ Al-Asy’ariyyah
Majelis Jama'atul
Khufadz Wadarosat mengadakan acara simaan Al-Qur’an sekaligus melangsungkan
ziarah qubro KH. Muntaha al-Hafidz di PPTQ Al-Asy’ariyyah2 Deroduwur,
Mojotengah, Wonosobo. Acara dimulai pada pukul 07:00 pagi sampai
dengan ba’da dzuhur. Dengan dihadiri oleh para dzuriyah, puluhan santri dan
alumni hufadz yang juga turut mengisi simaan al-Qur’an tersebut. Selain para santri,
ratusan warga sekitar bahkan masyarakat luar turut hurmat di dalamnya.
Pembacaan juz 30 yang dibacakan bergilir oleh para masyayikh sekaligus Doa
khataman yang dipimpin oleh beliau, KH. Abdul Halim menjadi titik awal acara.(21/4)
“Opo
wae seng kerono Gusti Allah iku badhe langgeng lan nyambung. Sak walikke, opo
wae seng kerono sak liane Allah iku badhe ilang lan terputus,” kata KH.
Khairullah al-Mujtaba (Gus Itab) dalam sambutan atas nama keluarga Mbah Muntaha
al-Hafidz.
Beliau pun berpesan yang diambil dari sabda Nabi : Didiklah anak
Kalian dengan tiga perkara :
1. Cinta kepada Nabi, Bukti mencintai yang pokok adalah menjalankan
sunahnya Nabi Muhammad Saw.
2. Cinta kepada ahlul bait Nabi, salah satu kenikmatan ketika masuk
surganya Allah adalah dengan berkumpulnya bersama Rasulullah saw. Yang perlu diingat
adalah “nek ora seneng, ojo sengit”.
3. Didiklah anak kalian untuk membaca dan memahami al-Qur’an
“Majelis Jama’atul
Khufadz Wadarosat Al-Qur'an adalah jama’ah rutin setiap tanggal 15 Sya’ban.
Bertujuan untuk tabarukan dengan perintis Majelis Jama'atul Khufadz Wadarosat ini sekaligus diniati haul
Mbah Muntaha, Mbah Mustahal dan Abah Faqih,” ucap KH. Abdul Halim dalam
Mauidhoh Hasanah
Pesan yang sampai sekarang masih teringat oleh beliau (KH. Abdul
Halim) adalah ketika Mbah Mun ditanya tentang Idul Fitri jatuh pada hari dan tanggal
berapa?. Beliau hanya menjawab “NU kapan ?”. Kenapa ? Karena setiap NU menentukan
sesuatu itu tidak gegabah. Pelajaran dari Abah Faqih sendiri yaitu, “Jika kita
memberi sesuatu kepada orang lain, niatkanlah hati kita untuk mengirim doa
kepada leluhur. Agar rezekinya barokah.”
Ittibar yang bisa diambil dari Almarhum al-maghfurlah yakni: KH. Muntaha;
Masalah Organisasi, KH. Mustahal Asy’ari; Ikhlas, Abah Faqih; Masalah ganjaran
Wejangan terakhir dari KH. Abdul Halim adalah Jangan menilai Kiai
dari sisi negatifnya, tetapi dari sisi positifnya. (Elsa)