PERPUSTAKAAN
Sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang tentunya telah memerlukan para pemimpin bangsa, selain selain membina dan mengembangkan kehidupan ber agama dindonesia, pondok pesantren juga ikut berperan dalam menanam dalam jiwa masyarakat Indonesia dan berperan aktif dalam upaya mencerdaskan bangsa seperti yang tertera dalam pembukaan UUD 1945.
Upaya PPTQ Al-Asy’ariyyah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah Perpustakaan PPTQ Al-Asy’ariyyah yang menunjukan kegiatan belajar mengajar santri dan juga Masyarakat umum.
Merupakaan bukti nyata dari eksitensi dan konsitensi Pondok Pesantren dengan kepastian sebagai pusat pengajaran ilmu-ilmu agama islam sehingga dari situ muncul para kader Ulama, mubalig, guru agama bahkan kader pemimpin bangsa yang sangat dibutuhkan Masyarakat, Seiring dengan perkembangan zaman Pondok pesantren juga mengalami perubahan dan pengembangan khususnya pada Perpustakaan PPTQ Al-Asy’ariyyah.
Dalalam rangka mewujudkan cita-cita besar bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan bernegara, kami selaku pengolah Pesanteren penyelenggara pendidikan keagamaan kami juga bermaksud mengembangkan pendidikan dengan cara menyelengarakan taman baca Masyarakat demi terciptanya cita-cita bangsa Indonesia.
Visi : perpustakkan sebagai pusat informasi ilmu pengetahuan
Misi Perpustakaan Al-Asy’ariyyah
a. Memberikan layanan invormasi dan dokumentasi yang berwawasan global bagi santri dan masyarakat luas
- Membeikan layanan terbaik untuk kepuasan seluruh anggota .
- Menyediakan tempat yang yaman bagi pengguna jasa perpustakan.
- Melengkapi perpustakaan dengan sumber-sumber terbaru dan terbaik.
- Menyediakan fasilitas teknologi dan informasi bagi pengguna sehingga dapat mengakses informasi dengan mudah online.
3.1 Kondisi Kerja Instansi
Perpustakaan Al-Asyariyyah sudah berkembang udah mulai tahun 2008.
Perpustakaan Al-Asyariyah juga sudah memiliki sebuah buku yang udah sampai 6000 ekspaler, dan mempunyai rungang penglolahan yang sudah dilengkapi dengan jaringan internet. Perawatan Perpustakaan dipercayakan kepada saudara Yanto yang juga sebagai pertugas perpustakaan yang dipercaya tentang pengolahan dan progamer.
3.2 Kondisi Perpustakaan Al-Asyariyyah
Perpustakaan Al-Asyariyyah di bawah kaungan Yayasan Al-Asy’ariyyah yang beralamat Jl. KH.Asy’ari kalibeber Mojotengah Wonosobo Jawa Tengah 56351 Tlp (0286)3326017.
Sruktur Perpustakaan Al-asy’ariyyah
Tahun 2014Sebagai berikut :
Sruktur Perpustakaan Al-asy’ariyyah
Tahun 2014Sebagai berikut :
Sruktur Organisasi
| ||
No
|
Nama
|
Jabatan
|
1
|
Rifki Anshori
|
Ketua
|
2
|
Nursetianto
|
Sekertaris
|
3
|
Siti Rukoyah
|
Bendahara
|
4
|
Hadi
|
Adm Pelestarian
|
5
|
Khoirul
|
Adm Pelayanan
|
6
|
Masruroh
|
Staf Anggota
|
7
|
Tegar Prakoso
|
Staf Anggota
|
8
|
Zulkifli
|
Katalog
|
9
|
Harnanto
|
Pengolahan Koleksi
|
10
|
Alkomah
|
Pengadaan Kolesi
|
3.3 Sistem Pelayanan
Dalam merencanakan layanan di perpustakaan kita harus mempertimbangkan kondisi yang ada di perpustakaan. Ada dua macam sistem pelayanan yang biasa dilakukan oleh perpustakaan Al-Asy’ariyah yaitu sistem pelayanan terbuka dan sistem pelayanan tertutup.
a. Sistem Pelayanan Terbuka (Open Access)
Dalam sistem pelayanan terbuka perpustakaan memberi kebebasan kepada para pemustakanya (pemakainya) untuk dapat masuk dan memilih sendiri koleksi yang diinginkannya dari rak. Petugas hanya mencatat apabila koleksi tersebut akan dipinjam serta dikembalikan.
Dalam sistem pelayanan terbuka, rancangan ruangan harus dipertimbangkan dengan matang, misalnya pintu masuk sebaiknya hanya satu. Di pintu masuk sebaiknya ditempatkan meja atau konter keamanan yang dijaga oleh petugas. Untuk memperkecil kemungkinan hilangnya koleksi yang dicuri oleh pemakai, pemakai yang masuk ke ruang baca atau rak perpustakaan sebaiknya tidak diperkenankan membawa tas dan jaket. Karena itu perpustakaan yang menerapkan sistem pelayanan terbuka harus menyediakan tempat penitipan tas atau locker baik yang dijaga oleh petugas ataupun yang tidak dijaga oleh petugas. Pemakai yang akan keluar dari ruang perpustakaan harus diperiksa semua barang bawaannya oleh petugas. Hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan pemakai membawa koleksi tanpa melalui prosedur peminjaman yang benar.
Untuk mencatat jumlah pengunjung yang datang ke perpustakaan biasanya di meja keamanan biasanya ditempatkan buku tamu. Selain Petugas jaga diberi tugas menjaga keamanan, ia juga dapat juga diberi tugas untuk mengawasi pengisian buku tamu. Petugas jaga harus menegur pengunjung perpustakaan yang tidak mau mengisi buku tamu. Hal ini bertujuan agar semua pengunjung perpustakaan dapat tercatat seluruhnya. Pemakai tinggal menggesekkan kartu anggotanya (biasanya yang mengandung kode bar atau yang mengandung kode elektro magnet) pada sebuah alat baca yang dihubungkan ke komputer. Secara otomatis komputer akan mencatat semua data mengenai pengunjung tersebut termasuk jam (bahkan menit dan detiknya) berkunjungnya.
Penataan ruang koleksi pada sistem pelayanan terbuka juga perlu diperhatikan. Misalnya, rambu-rambu yang menunjukkan lokasi koleksi harus lengkap dan jelas. Hal ini untuk mengurangi banyaknya pertanyaan mengenai lokasi koleksi kepada petugas. Jarak antara rak satu dengan rak yang lain harus agak lebar agar apabila ada pemakai yang mencari koleksi diantara rak tersebut tidak terganggu walaupun ada petugas perpustakaan yang lewat dengan membawa trolley buku (rak dorong buku).
b. Sistem Pelayanan Tertutup (Closed Access)
Sistem pelayanan tertutup dimana pengunjung tidak boleh meminjem buku Referensi harus dibca ditempat, tetapi kalau ingin mengkopi diperbolehkan oleh petugas tp dengan sarat yang koleksi yang harus diambilkan oleh petugas. Penelusuran/pencarian koleksi harus melalui katalog. Petugas selain mencatat peminjaman dan pengembalian, juga mengambilkan dan mengembalikan koleksi ke rak.Salah satu alasan penerapan sistem pelayanan tertutup ini adalah biar gak ada kehilangan dalam meminjam karena buku yang ada diruang referensi sangant penting.
Pada sistem pelayanan tertutup ini penataan ruangan bisa lebih sederhana. Pintu masuk tidak harus satu pintu dan tidak perlu penjagaan sebab semua pengunjung yang akan keluar membawa buku sudah melalui petugas pencatatan pada meja sirkulasi. Pengunjung perpustakaan juga tidak perlu dilarang membawa tas ke ruang baca, sebab ruang baca dan ruang koleksi dipisahkan oleh pembatas yang tegas sehingga pengunjung tidak akan dapat memasuki wilayah koleksi perpustakaan. Satu-satunya pengawasan yang perlu dilakukan di pintu masuk adalah pencatatan buku tamu. Karena itu jika di perpustakaan tersebut tidak tersedia cukup petugas untuk mengawasi pintu masuk, maka perlu dipertimbangkan untuk memasang penghitung pengunjung secara otomastis.